LAPORAN PENGEMBANGAN PRODUK
A. Latar Belakang
Literasi menjadi salah satu kemampuan fundamental yang harus dimiliki oleh siswa pada abad 21. Kemampuan berliterasi erat kaitannya dengan kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Hal ini sejalan dengan konsep Merdeka Belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim bahwa proses pendidikan harus didasari dengan merdeka berpikir. Saat ini pemerintah khususnya Kemendikbud tengah menumbuhkan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Hal tersebut disebabkan karena kemampuan literasi siswa masih rendah. Berdasarkan penilitian Programme for International Students Assessment (PISA) terhadap kemampuan literasi (matematika, sains, bahasa) siswa Indonesia tahun 2012 peringkat ke-64 dari 65 negara. Data tersebut didukung penelitan lainnya Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006 diperoleh data bahwa kemampuan literasi siswa kelas IV sekolah dasar di bawah koordinasi The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) menempati peringkat 41 dari 45 negara. Penelitian tersebut menunjukkan betapa pentingnya upaya meningkatkan kemampuan literasi siswa dimulai dari sekolah dasar.
Salah satu kemampuan literasi dasar yang wajib dimiliki siswa adalah kemampuan literasi numerasi. Literasi numerasi merupakan pengetahuan dan kecakapan untuk bisa memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari (Kemendikbud, 2017: 7). Kemampuan literasi numerasi erat kaitannya dalam pembelajaran matematika. Penerapan pembelajaran matematika sekolah diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan matematis siswa. Kecakapan atau kemahiran matematika tersebut merupakan bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah (problem solving) yang dihadapi dalam kehidupan siswa sehari-hari. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Asikin (2012: 23) yang menyatakan bahwa terdapat dua tujuan pembelajaran matematika di sekolah, yaitu: (1) mengorganisasikan logika penalaran siswa dan membangun kepribadiannya; serta (2) membuat siswa agar mampu menyelesaikan masalah matematika dan mengaplikasikan matematika.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada siswa kelas IV dan kepala SD Negeri Selo diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika. Pertama, siswa belum memiliki motivasi berprestasi yang baik. Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan menjadi „momok‟ tersendiri bagi siswa. Hal tersebut diketahui dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa siswa terlihat kesulitan dan kurang minat dalam pembelajaran matematika. Siswa belum terlihat aktif bertanya saat kesulitan memahami pelajaran, akibatnya hasil pekerjaan siswa masih banyak yang salah dan tidak sesuai konsep. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa sebagin besar siswa tidak menyukai muatan mata pelajaran matematika. Kedua, siswa belum memiliki kemampuan mengaitkan materi matematika dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa siswa merasa kesulitan ketika diberikan soal yang bersifat aplikatif (soal cerita). Permasalahan tersebut disebabkan karena kurangnya penekanan pembelajaran matematika pada terapan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari/kontekstual, sehingga kemampuan literasi numerasi siswa masih kurang. Ketiga, guru belum menggunakan alat peraga matematika yang dapat membantu mendorong pemikiran siswa dalam memecahkan permasalahan matematika. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, diperlukan alat peraga pembelajaran matematika yang inovatif dan memberikan peluang lebih banyak pada siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi siswa. Penulis tertarik merancang ULTAPEN (Ular Tangga Penaksiran): Alat Peraga untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Kelas IV SD Negeri Selo.
ULTAPEN (Ular Tangga Penaksiran) merupakan alat peraga berbasis permainan ular tangga yang telah dikembangkan dari aspek tampilan, pengembangan media, dan materi. Alat peraga didesain sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu memuat materi kontekstual dan penuh warna. Permainan ULTAPEN menekankan pada kemampuan literasi dan numerasi siswa yang dikemas dalam bentuk kuis berupa soal cerita matematika materi penaksiran.
B. Manfaat
Adapun manfaat alat peraga ULTAPEN antara lain: 1) meningkatkan motivasi belajar dan berprestasi dalam pembelajaran matematika, 2) meningkatkan kemampuan literasi numerasi, dan 3) membentuk ekosistem merdeka belajar yang menyenangkan.
C. Pengembangan Produk
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan yang berorientasi pada pengembangan produk. Menurut Sugiyono Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tertentu. Pengembangan produk menggunakan model Kemp (Ali Mudlofir, 2017: 53- 54) yang terdiri dari :
1. Menentukan tujuan umum Langkah pertama guru menganalisis kebutuhan siswa. Kompetensi Dasar matematika kelas IV sekolah dasar yang akan dicapai adalah 3.3 Menjelaskan dan melakukan pembulatan hasil pengukuran panjang dan berat ke satuan terdekat dan 4.3 Menyelesaikan masalah pembulatan hasil pengukuran panjang dan berat ke satuan terdekat. Adapun tujuan umum penggunaan alat peraga yaitu meningkatkan motivasi belajar dan berprestasi dalam pembelajaran matematika, meningkatkan kemampuan literasi numerasi, serta membentuk ekosistem merdeka belajar yang menyenangkan.
2. Membuat analisis tentang karakteristik siswa Siswa usia sekolah dasar merupakan salah satu tahap perkembangan manusia pada masa kanak-kanak akhir, yaitu usia 7-12 tahun. Menurut Piaget (Izzaty, et.al., 2008: 116), masa kanak-kanak akhir berada pada tahap berpikir operasional konkret di mana anak dapat berpikir logis pada benda-benda nyata. Dalam hal ini, Rita Eka Izzaty, et.al. (2008: 116) membagi masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase, yakni masa kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) serta masa kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6) sekolah dasar. Lebih lanjut ciri-ciri anak kelas tinggi sekolah dasar antara lain: (1) perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari; (2) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis; (3) timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus; (4) anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah; dan (5) anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Berdasarkan karakteristik tersebut, strategi guru yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan benda-benda yang nyata, menggunakan alat-alat audio/visual, memberikan contoh-contoh yang akrab dalam kehidupan siswa dan memberikan latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan pembelajaran.
3. Menentukan kompetensi dan indikator yang operasional dan terukur Indikator yang akan dicapai oleh siswa dalam pembelajaran adalah menemukan konsep penaksiran operasi hitung bilangan cacah dan menyelesaikan soal cerita penaksiran operasi hitung bilangan cacah (C3). Adapun tujuan pembelajaran antara lain: 1) melalui penggunaan alat peraga “Ultapen”, siswa mampu menemukan konsep penaksiran operasi hitung bilangan cacah dengan teliti dan benar, serta 2) melalui penggunaan alat peraga “Ultapen”, siswa mampu menyelesaikan soal cerita penaksiran operasi hitung bilangan cacah dengan teliti dan benar. Indikator yang akan dicapai termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP terlampir.
4. Menentukan materi/bahan pelajaran yang sesuai dengan indikator Pada tahap ini, guru merancang bahan ajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Bahan ajar didesain penuh warna, gambar, dan materi disajikan dengan kontekstual yang memuat soal cerita dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa.
5. Menetapkan tes awal (pretest) Tes awal (pretest) digunakan untuk mengetahui kemampuan awal literasi numerasi siswa kelas IV. Tes dilakukan sebelum menggunakan alat peraga “Ultapen”. Sampel hasil pretest terlampir.
6. Menentukan strategi belajar mengajar yang sesuai Setelah mengetahui kebutuhan dan karakteristik siswa, guru menentukan strategi belajar yang tepat. Dalam hal ini guru menggunakan strategi permainan ular tangga yang didesain sesuai dengan materi penaksiran pembelajaran matematika.
7. Mengoordinasi sarana penunjang yang diperlukan Setelah menganalisis kompetensi dasar yang akan dicapai, guru mendesain alat peraga menggunakan aplikasi Corel Draw. Alat peraga awalnya dicetak menggunakan kertas A3, kemudian dicetak menggunakan banner ukuran 2x2,25 meter. Perlengkapan permainan ULTAPEN lainnya antara lain dadu berukuran 10 cm, topi peraga bertuliskan “Aku Gemar Berhitung”, kartu aturan bermain, kartu berisi kuis literasi numerasi, dan stiker medali sebagai reward. Bidak atau pion yang bergerak dalam permainan ULTAPEN adalah siswa yang berperan sebagai pemain.
8. Mengadakan evaluasi (posttest) Setelah pembelajaran matematikan menggunakan alat peraga “Ultapen” dilakukan posttest dan refleksi untuk mengukur keberhasilan pencapaian indikator pembelajaran dan peningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa. Sampel hasil posttest dan refleksi terlampir.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mudlofir. 2017. Desain Pembelajara Inovatif: Dari Teorri Ke Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.
Asikin, M. 2012. Basics of Mathematics Learning Process 1. Semarang: FMIPA Unnes.
Kemendikbud. 2017. Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kemendikbud.
Rita Eka Izzaty. et al. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar