KOLABORASI MODEL PJBL DAN RUMAH BELAJAR
PADA PELAKSANAAN SFH SEBAGAI UPAYA
PENERAPAN PEMBELAJARAN ABAD 21
Oleh :
Dini Annisa Nurbaety
Elsola
SD Negeri Selo
(Juara 1 lomba best practice pembelajaran jarak jauh selama pandemi covid-19 tingkat nasional oleh LPMP DIY tahun 2020)
ABSTRAK
Pembelajaran abad 21 menjadi salah satu syarat untuk mengoptimalkan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Karakteristik
utama pembelajaran abad 21 yaitu mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis aktivitas
dan berpusat pada siswa. Pengalaman terbaik (best practice) ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran abad 21 menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan pemanfaatan rumah belajar
pada pelaksanaan School From Home (SFH) siswa kelas V SD Negeri Selo
Kapanewon Kokap, Kulon Progo. Best practice telah terlaksana dengan
menerapkan enam sintak pembelajaran yaitu penentuan pertanyaan mendasar,
menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal, memantau siswa dan
kemajuan proyek, penilaian hasil, serta evaluasi. Secara
keseluruhan diperoleh hasil 83% siswa senang dalam melakukan proyek, 67% senang berkreasi, 83% senang memanfaatkan rumah belajar, dan 83%
semangat dalam belajar.
Kata kunci: pembelajaran abad 21, Project Based Learning (PjBL), rumah belajar, School From Home (SFH), sekolah dasar
Pendahuluan
Pada abad 21 akan terjadi perubahan yang sangat besar
pada semua bidang termasuk bidang pendidikan.
Perubahan tersebut ditandai dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan global. Salah satu faktor penentu kualitas pendidikan adalah
sumber daya manusia. Dengan demikian diperlukan upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, salah satunya melalui pelaksanaan pembelajaran.
Oemar
Hamalik (2015: 54) menyatakan bahwa proses pembelajaran berlangsung dalam
situasi pembelajaran, di mana di dalamnya terdapat komponen-komponen
pembelajaran, yaitu tujuan, siswa, guru, metode, media, penilaian, dan situasi
pembelajaran. Siswa merupakan
salah satu komponen utama dalam pembelajaran. Dengan kata lain, siswa berperan
sebagai subjek yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Siswa dituntut harus memiliki keterampilan atau kecakapan abad 21, yaitu kualitas karakter, literasi dan kompetensi.
Proses pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang bersifat menyeluruh mengintegrasikan ketiga aspek yaitu pengetahuan (knowledge), sikap, dan keterampilan (psikomotorik),
serta penguasaan TIK. Hal tersebut sesuai dengan
Kemdikbud (2020: 21) yang menyatakan bahwa pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta
penguasaan terhadap teknologi. Kecakapan tersebut sangat
diperlukan terlebih dalam pelaksanaan School From Home (SFH) sejak tanggal 23
Maret 2020 yang sesuai dengan surat keputusan Nomor 65/Kep/2020 tentang
Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
di DIY.
Proses pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang bersifat
menyeluruh mengintegrasikan ketiga aspek yaitu pengetahuan (knowledge), sikap, dan keterampilan (psikomotorik), serta penguasaan TIK. Hal tersebut sesuai dengan
Kemdikbud (2020: 21) yang menyatakan bahwa pembelajaran abad 21
merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan
pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi. Kecakapan tersebut dapat
dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kecakapan yang dibutuhkan di abad 21 juga merupakan
keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills) yang sangat diperlukan
dalam mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan global. (Dit PSMA Ditjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017).
Karakteristik utama pembelajaran abad 21 yaitu mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran. Peran TIK
bagi guru memungkinkan untuk menjadi fasilitator, kolaborator,
mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar; dapat memberikan pilihan dan
tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami pengalaman belajar,
serta menjadi kreator inovasi pembelajaran. Pembelajaran abad 21 menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dilatih untuk bisa
berkolaborasi dengan orang lain, materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa atau kontekstual, serta diberikan kesempatan untuk berpikir
kritis dan berkreasi.
Pembelajaran abad 21 dikembangkan
melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Model
pembelajaran menjadi kunci seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran. Kecakapan abad 21 yang dimiliki oleh siswa perlu didukung oleh guru yang harus menguasai dan mengelaborasi dalam proses pembelajaran yang
dikembangkan, yaitu dengan menerapkan
model-model pembelajaran inovatif yang didominasi
partisipasi siswa. Terlebih
selama menerapkan kebijakan belajar di rumah, guru dituntut mengelola
pembelajaran yang mampu menjadikan siswa tetap aktif, kreatif, dan terampil
dalam memanfaatkan teknologi.
Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan guru yaitu model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL), yaitu model pembelajaran dengan berbasis proyek. Menurut Sutirman
(2013: 43) pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model pembelajaran
untuk menghasilkan produk atau proyek yang nyata dimana siswa berperan secara
aktif.
Hal tersebut didukung dengan
pendapat Made Wena (2009: 145) yang menyatakan bahwa belajar berbasis proyek (project
based learning) adalah sebuah metode atau pendekatan pembelajaran inovatif.
Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari
suatu disiplin studi, melibatkan pembelajar dalam investigasi pemecahan masalah
dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pembelajaran
bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
puncaknya menghasilkan produk nyata.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran project based learning (PjBL) merupakan suatu model
pembelajaran berbasis proyek yang memberikan kesempatan siswa untuk merancang,
mencari berbagai sumber belajar, bekerja secara mandiri atau kelompok, dan
berkreasi membuat suatu proyek atau hasil karya tertentu. Guru dapat memberikan
tema penugasan proyek yang dikaitkan dengan pandemi covid-19.
Karakteristik model
pembelajaran Project Based Learning menurut Abdul Majid (2015: 163)
antara lain siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja, adanya
permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa, siswa mendesain proses
untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan, siswa
secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi
untuk memecahkan masalah, proses evaluasi dilakukan secara kontinu, siswa
secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, produk
akhir aktivitas belajar siswa akan dievaluasi secara kualitatif, serta situasi
pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Karakteristik tersebut sesuai dengan Buck Institute for Education dalam
(Made Wena, 2009: 145) antara lain siswa membuat keputusan dan membuat kerangka
kerja, terdapat masalah yang permasalahannya belum ditentukan sebelumnya, siswa
merancang proses untuk mencapai hasil, siswa bertanggung jawab untuk
mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, siswa melakukan evaluasi
secara kontinu, siswa secara teratur melihat kembali apa yang dikerjakan, hasil
akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, dan kelas memiliki atmosfer
yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Sintak yang digunakan
dalam proses pembelajaran sesuai dengan Kemdibud (2014: 34) adalah 1) penentuan
pertanyaan mendasar (start with essential question). Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan
mengambil topik yang sesuai dengan realita dunia nyata. 2) Menyusun perencanaan
proyek (design project). Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara
guru dan siswa. Perencanaan berisi tentang aturan main, mengintegrasikan
beberapa materi, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat digunakan untuk
membantu penyelesaian proyek. 3) Menyusun jadwal (create schedule). Guru
dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan
proyek. 4) Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and
progress of project). Guru memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan
proyek. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. 5) Penilaian
hasil (asses the outcome). Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam
mengukur ketercapaian standar kompetensi, mengevaluasi kemajuan masing-masing
siswa, dan memberi umpan balik. 6) Evaluasi pengalaman (evaluation the
experience). Tahap evaluasi terjadi pada akhir proses kegiatan, tujuannya
untuk refleksi kegiatan berikutnya.
Pelaksanaan SFH tidak lepas dari pembelajaran abad 21
yang mengintegrasikan TIK dan berbasis aktivitas. Akan tetapi pelaksanaan SFH
mengalami hambatan dan kesulitan. Kemdikbud juga menggelar survei kepada guru,
kepala sekolah, orang tua, dan para siswa terkait evaluasi belajar dari rumah.
Kepala Balitbang Kemdikbud (Maharani, 2020) menyatakan hasil survei bahwa
mayoritas siswa mengalami kesulitan memahami pelajaran, kurang konsentrasi,
tidak dapat bertanya langsung kepada guru, bosan, dan jaringan internet yang
kurang memadai. Selain itu hasil survei KPAI (Maria Fatima Bona, 2020) diperoleh bahwa 19,1% responden guru yang sudah
terbiasa menggunakan aplikasi daring. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
pelaksanaan SFH masih mengalami beberapa kendala termasuk di SD Negeri Selo, Kokap, Kulon Progo. Berdasarkan wawancara dengan rekan sejawat, kebijakan School
From Home (SFH) atau Belajar di Rumah (BDR) membuat guru merasa bingung
dalam merancang proses pembelajaran jarak jauh, menentukan teknik pembelajaran
yang menarik bagi siswa, dan belum memanfaatkan sumber belajar berbasis daring
yang bervariatif. Sebagian besar guru
memanfaatkan buku pelajaran, lembar
kerja siswa yang ada, dan menggunakan whatsapp. Hal tersebut didukung
hasil wawancara online dengan wali/orang tua siswa, beberapa siswa juga
merasa bosan terhadap tugas yang diberikan guru. tugas yang diberikan guru
sebagian besar berupa soal-soal dan materi yang terdapat pada buku mata
pelajaran tertentu.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memutus rantai
penyebaran virus corona di bidang pendidikan yaitu adanya kebijakan SFH (School
From Home). SFH merupakan pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru
secara jarak jauh di mana siswa belajar di rumah. Merujuk pada ketentuan surat
edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 bahwa SFH difokuskan pada kecakapan hidup (life
skill) dan pembiasaan karakter siswa. Ketentuan belajar di rumah sesuai
surat edaran Mendikbud antara lain belajar dari rumah melalui pembelajaran
daring atau jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan untuk menuntaskan seluruh capaian
kurikulum, belajar difokuskan pada pendidikan life skill antara lain
mengenai pandemi covid-19, aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi
antarsiswa sesuai minat dan kondisi masing-masing siswa, termasuk mempertimbangkan
fasilitas belajar di rumah, serta bukti atau produk aktivitas belajar di rumah
diberi umpan balik yang bersifat kualitatif tanpa harus memberi skor atau nilai
kuantitatif.
Berdasarkan surat
keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 65/Kep/2020 tentang
Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
di DIY, seluruh instansi pendidikan menerapkan SFH mulai tanggal 23 Maret
2020. Siswa usia sekolah dasar
merupakan salah satu tahap perkembangan manusia pada masa kanak-kanak akhir,
yaitu usia 7-12 tahun. Menurut Piaget (Izzaty, et.al., 2008: 116), masa
kanak-kanak akhir berada pada tahap berpikir operasional konkret di mana anak
dapat berpikir logis pada benda-benda nyata. Dalam hal ini Rita Eka Izzaty, et.al. (2008: 116) membagi masa kanak-kanak akhir
menjadi dua fase, yakni masa kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) serta masa kelas
tinggi (kelas 4, 5, dan 6) sekolah dasar.
Lebih lanjut Izzaty menjelaskan ciri-ciri anak kelas
tinggi sekolah dasar antara lain: (1) perhatiannya tertuju pada kehidupan
praktis sehari-hari; (2) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis; (3) timbul
minat pada pelajaran-pelajaran khusus; (4) anak memandang nilai sebagai ukuran
yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah; dan (5) anak-anak suka
membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Berdasarkan karakteristik tersebut, strategi guru yang dapat digunakan guru
dalam menerapkan kebijakan belajar di rumah yaitu dengan menggunakan benda-benda
yang nyata, menggunakan alat-alat audio/visual, memberikan contoh-contoh yang
akrab dalam kehidupan siswa dan memberikan latihan nyata dalam menganalisis
masalah atau kegiatan pembelajaran, dan berkreasi membuat proyek tertentu.
Sehingga model pembelajaran PjBL sangat
cocok diterapkan pada siswa usia sekolah dasar agar proses pembelajaran lebih
bermakna. Proyek yang dilakukan siswa dapat dikaitkan dengan materi atau konten
pandemi covid-19.
Berdasarkan permasalahan tersebut diterapkan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL), yaitu model pembelajaran dengan berbasis proyek.
Menurut Sutirman (2013: 43) pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model
pembelajaran untuk menghasilkan produk atau proyek yang nyata dimana siswa
berperan secara aktif. Hal tersebut didukung dengan pendapat Made Wena (2009:
145) yang menyatakan bahwa belajar berbasis proyek (project based learning) adalah
sebuah metode atau pendekatan pembelajaran inovatif. Selain itu, model pembelajaran tersebut
juga diintegrasikan dengan pemanfaatan teknologi sebagai sumber belajar agar
pembelajaran lebih menarik dan siswa mampu berwawasan luas. Aplikasi yang dapat
dimanfaatkan guru dan siswa yaitu Rumah Belajar. Portal Rumah Belajar merupakan
salah satu laman pembelajaran yang di dalamnya terdapat beragam konten dan aktivitas pembelajaran. Terdapat 4 (empat) fitur utama di rumah belajar, yaitu
sumber belajar, kelas digital, bank soal, dan laboratorium maya. Selain itu
juga terdapat 5 fitur lainnya, yaitu peta budaya, Buku Sekolah Elektronik,
wahana jelajah angkasa, karya bahasa dan sastra, serta pengembangan keprofesian
berkelanjutan. (Kemdikbud, 2020: 22-23). Terlebih sejak diterapkannya kebijakan
School From Home (SFH) atau Belajar di Rumah (BDR), proses pembelajaran
dilakukan jarak jauh secara daring yang tentunya akses membutuhkan teknologi.
Dengan demikian dilakukan best practice dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Abad 21 Menggunakan
Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan Pemanfaatan Rumah
Belajar pada Pelaksanaan School From Home (SFH) Siswa Kelas V SD Negeri
Selo Kapanewon Kokap, Kulon Progo.” Hasil best practice ini diharapkan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas V di SD Negeri Selo dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh selama kebijakan School From Home (SFH) atau
belajar di rumah. Selain itu model pembelajaran PjBL juga sebagai upaya
pencapaian kualitas pendidikan menuju abad 21, di mana siswa terbiasa berpikir
kritis, kreatif, mandiri, dan terampil dalam memanfaatkan teknologi sebagai
sumber belajar.
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam best practice ini adalah “Bagaimana Penerapan Pembelajaran Abad 21
Menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan
Pemanfaatan Rumah Belajar pada Pelaksanaan School From Home (SFH) Siswa
Kelas V SD Negeri Selo Kapanewon Kokap, Kulon Progo?”
Adapun tujuan dari best practice ini adalah untuk mengetahui
penerapan pembelajaran abad 21 menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) dan pemanfaatan rumah belajar pada pelaksanaan School
From Home (SFH) siswa kelas V SD Negeri Selo Kapanewon Kokap, Kulon Progo.
Manfaat best practice bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V di SD
Negeri Selo dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh selama kebijakan School
From Home (SFH) atau belajar di rumah. Selain itu model pembelajaran PjBL
juga sebagai upaya pencapaian kualitas pendidikan menuju abad 21, di mana siswa
terbiasa berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan terampil dalam memanfaatkan
teknologi sebagai sumber belajar. Bagi guru hasil
best practice ini diharapkan dapat memberikan peningkatan mutu pembelajaran jarak jauh dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan memanfaatkan aplikasi rumah belajar dan aplikasi daring lainnya kepada siswa SD Negeri Selo. Bagi sekolah hasil best practice ini diharapkan menjadi bahan masukan dan referensi bagi guru lainnya khususnya dalam
pelaksanaan pembelajaran jarak jauh secara daring selama diterapkannya
kebijakan School From Home (SFH) dan dapat diterapkan secara berkelanjutan
pada proses pembelajaran berikutnya.
Metode
Penelitian
Adapun strategi
pemecahan masalah yang dipilih adalah dengan menerapkan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) dan memanfaatkan rumah belajar. Subjek best
practice ini adalah siswa kelas V SD Negeri Selo, Kokap, Kulon Progo tahun
pelajaran 2019/2020. Proses pembelajaran dilakukan secara daring dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Materi
yang dipelajari yaitu “Kampanye Covid 19”. Proyek ini dilaksanakan selama enam
hari, yaitu tanggal 7, 8, 9, 13, 14, dan 15 April 2020. Metode yang digunakan
yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data berupa hasil angket,
portofolio, dan penilaian.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan best practice ini
dilakukan melalui beberapa tahap, pertama menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi yang dipelajari yaitu sesuai dengan
kehidupan nyata siswa, yaitu “Kampanye Covid-19”. Kedua menyiapkan media dan
sumber belajar berbasis teknologi. Dalam upaya pembelajaran abad 21, guru dan
siswa memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar. Adapun sumber belajar yang
digunakan siswa antara lain whatsapp group, televisi, google forms, media
sosial seperti facebook dan instagram, youtube, rumah belajar,
serta quizizz yaitu aplikasi penilaian berbasis game.
Whatsapp group digunakan sebagai sarana komunikasi antara guru, siswa, maupun
wali/orang tua siswa. Guru dapat melakukan diskusi dalam pembelajaran jarak
jauh. Selain itu whatsapp group juga dapat dilakukan sebagai sarana guru
dalam memantau proses pembelajaran daring dan penyampaian umpan balik secara
berkala kepada siswa. Aplikasi google forms dapat membantu guru dalam
melakukan presensi online dalam proses pembelajaran jarak jauh. Siswa
dengan bantuan orang tua mengisi link presensi yang telah dibagikan oleh guru.
preSelain itu google forms juga dapat dimanfaatkan guru sebagai sarana
pemberian kuis tanya jawab untuk mengetahui kemampuan dasar siswa. Jenis soal
dapat diatur oleh guru melalui aplikasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Jawaban dari siswa juga akan terekap secara otomatis dan dapat diunduh. Media
sosial dapat digunakan oleh guru untuk mengunggah hasil kreasi siswa seperti
poster. Tujuannya adalah agar siswa lebih termotivasi dan menghargai hasil
karya temannya.
Youtube dapat digunakan guru sebagai sarana menyampaikan sumber belajar
berkaitan dengan materi pembelajaran. Seain itu, guru juga dapat berkreasi
membuat media pembelajaran interaktif dengan mengunggah pada youtube. Tujuannya
agar sumber belajar siswa lebih bervariatif dan menarik bagi siswa. Rumah
belajar merupakan sebuah aplikasi gratis milik Kemdikbud. Di dalam rumah
belajar terdapat berbagai fitur yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa
dalam mendukung proses pembelajaran jarak jauh. Sesuai dengan slogannya yaitu
belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja. Artinya guru dapat
menghimbau siswa menggunakan aplikasi rumah belajar sebagai sumber belajar
siswa. Siswa dapat mencari berbagai referensi secara mandiri, literasi digital
pada fitur karya bahasa dan sastra, serta melakukan evaluasi mandiri melalui
fitur bank soal. Tujuannya siswa lebih mengeksplor kemampuannya, aktif dalam
pembelajaran, dan guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar. Di akhir
pembelajaran, guru dapat melakukan proses penilaian untuk mengukur kemampuan
siswa. Dalam hal ini, guru dapat memanfaatkan teknologi seperti aplikasi quizizz,
di mana proses penilaian dilakukan berbasis game.
Ketiga implementasi pembelajaran daring
menggunakan model PjBL. Pelaksanaan pembelajaran daring menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan menerapkan enam
sintak pembelajaran, yaitu penentuan pertanyaan mendasar, menyusun
perencanaan proyek, menyusun jadwal, memantau siswa dan kemajuan
proyek, penilaian hasil, dan evaluasi pengalaman.
Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)
Pada awal pembelajaran,
siswa melakukan presensi online dengan mengisi biodata pada google
forms. Selanjutnya siswa melaksanakan literasi dengan menonton berita di
televisi dan membaca sumber belajar di aplikasi rumah belajar. Portal rumah
belajar dapat diakses secara gratis melalui https://belajar.kemdikbud.go.id. Setelah siswa melaksanakan literasi, siswa melakukan tanya jawab
bersama guru melalui whatsapp group kemudian siswa mengisi pertanyaan
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari melalui aplikasi google forms. Pertanyaan
tersebut berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Menyusun perencanaan proyek (design
project)
Siswa bersama guru
menyusun perencanaan proyek dengan menentukan alat, bahan, dan menetapkan
aturan main. Adapun aturan mainnya yaitu setiap hari siswa dengan bantuan
bantuan orang tua mengumpulkan tugas sesuai tema yang ditentukan dan
mengumpulkan tugas ke guru dengan mengirimkan foto atau video melalui aplikasi whatsapp.
Pengumpulan tugas menerapkan penggunaan bintang sebagai reward
kedisiplinan siswa.
Bintang yang diberikan
terdiri atas tiga macam, yaitu bintang emas apabila siswa mengerjakan
tugas secara disiplin, tepat waktu, sungguh-sungguh, dan lengkap; bintang
hijau apabila siswa kurang tepat waktu dan kurang lengkap dalam
melaksanakan tugas; serta bintang merah apabila siswa tidak disiplin dan
tidak mengerjakan tugas. Pemberian bintang berpengaruh positif terhadap
motivasi siswa dalam belajar maupun melakukan kegiatan lainnya.
Menyusun jadwal (create schedule)
Proses pembelajaran
dilaksanakan selama enam hari dengan rincian kegiatan sebagai berikut. Tanggal
7 April 2020 siswa membuat poster dengan tema “Mencuci Tangan Menggunakan Air
Mengalir dan Sabun”. Guru dapat memberikan contoh poster sesuai tema, kemudian
siswa berkreasi menggambar seuai dengan tema yang ditentukan. Wali/orang tua
siswa akan melaporkan hasil karya siswa kepada guru melalui whatsapp. Selain
itu, guru juga memberikan penugasan proyek menyiapkan tempat cuci tangan
beserta sabun kemudian praktik mencuci tangan sesuai langkah yang benar.
Awalnya guru memberikan stimulus dengan memberikan gambar dan penjelasan tujuh
langkah mencuci tangan yang benar. Siswa dengan bantuan orang tua kemudian
mempraktikkan mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun.
Tanggal 8 April 2020
siswa berkreasi membuat poster tema “Tetap Tinggal di Rumah”. Sama halnya
dengan kegiatan hari pertama, guru memberikan contoh kemudian siswa berkreasi
menggambar sesuai tema. Guru dapat memantau pekerjaan siswa dengan
berkomunikasi dengan orang tua. Selain itu guru juga memberikan penugasan
proyek membuat minuman jahe sebagai penambah imun. Materi tersebut disesuaikan
dengan kehidupan nyata siswa berkaitan dengan pandemi covid-19. Tanggal 9 April
2020 siswa membuat poster dengan tema “Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan” dan
pantun tentang covid 19. Tanggal 13 April 2020 siswa membuat poster dengan tema
“Tidak Berjabat Tangan” dan melakukan praktik simulasi pengganti jabat tangan.
Praktik simluasi pengganti jabat tangan dapat dilakukan bersama orang tua atau
saudaranya. Video simulasi kemudian dikirimkan oleh wali/orang tua siswa
melalui whatsapp.
Tanggal 14 April 2020
siswa membuat poster dengan tema “Pakai Masker”. Berkaitan dengan tema
tersebut, siswa dengan bimbingan orang tua juga berkreasi membuat masker kain
dengan memanfaatkan kain perca di rumahnya.
Tanggal 15 April 2020 siswa berkreasi membuat media permainan mencuci
tangan. Selain itu guru membuat kreasi lagu untuk mempermudah siswa dalam memahami
materi pencegahan covid-19. Guru mengunggah kreasi lagu ke channel youtube.
Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring
the students and progress of project)
Semua kegiatan atau
aktivitas siswa dipantau oleh guru dengan berkomunikasi kepada wali/orang tua
siswa secara daring melalui whatsapp. Orang tua secara rutin mengirimkan
foto atau video siswa dalam melaksanakan kegiatan. Guru rutin menanyakan
perkembangan siswa dan membuka kesempatan tanya jawab jika siswa kesulitan
mengerjakan proyek. Setiap hari guru mengunggah hasil proyek siswa melalui
sosial media seperti instagram dan facebook serta youtube.
Penilaian hasil (asses the outcome)
Untuk mengetahui
pengetahuan siswa, guru dapat melaksanakan penilaian secara kognitif secara
manual maupun daring. Guru dapat memanfaatkan teknologi dalam melakukan
penilaian, yaitu dengan menggunakan aplikasi quizizz. Guru dapat membuat
soal evaluasi di aplikasi tersebut dengan mengatur waktu pengerjaan,
selanjutnya siswa mengerjakan soal tersebut dengan batasan waktu tertentu
seperti bermain game. Hasil pekerjaan siswa akan diketahui secara
langsung melalui aplikasi tersebut. Siswa juga dapat mengetahui jawaban yang
benar setelah game berakhir. Penilaian secara manual dapat dikemas oleh
guru dalam bentuk kuis teka-teki silang. Hasil pekerjaan siswa dapat dikirim ke
guru melalui whatsapp. Sedangkan untuk hasil karya siswa dapat dilakukan
penilaian keterampilan.
Evaluasi pengalaman (evaluation the
experience)
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa melakukan refleksi. Guru
memberikan umpan balik dengan memberikan deskripsi kualitatif kepada setiap
siswa melalui aplikasi whatsapp. Guru memberikan angket untuk
mengevaluasi proses pembelajaran. Hasil survei awal siswa kelas V diperoleh
data sebagai berikut.
Gambar 1. Diagram Hasil Survei Awal Siswa
Hasil survei awal pada gambar 1 diperoleh data
sebanyak 0% siswa senang melakukan proyek, 17% seneng berkreasi, 0% senang memanfaatkan rumah belajar, dan 17% siswa semangat
belajar. Setelah diterapkan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) dan pemanfaatan rumah belajar, hasil angket
diperoleh data sebagai berikut.
Gambar 2. Diagram Hasil Survei Akhir Siswa
Secara keseluruhan sesuai gambar 2 diperoleh data 83% siswa senang melakukan
proyek, 67% senang berkreasi, 83% senang memanfaatkan rumah belajar, dan 83%
semangat dalam belajar. Dengan demikian, data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbandingan antara survei awal dan survei akhir. Pada survei
awal siswa kurang termotivasi belajar karena tugas yang diberikan belum melakukan
proyek, berkreasi, dan memanfaatkan sumber belajar digital yang bervariatif.
Sedangkan hasil survei akhir setelah menerapkan model pembelajaran PjBL,
siswa merasa lebih bersemangat belajar karena melakukan proyek, tugas berkreasi,
dan memanfaatkan sumber belajar digital. Data tersebut didukung hasil monitoring, siswa terlihat lebih
mandiri dan termotivasi dalam mencari sumber belajar dengan memanfaatkan
teknologi, terbiasa melakukan literasi digital, dan terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Dari hasil proyek, siswa terlihat
lebih percaya diri, berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan terampil
dalam memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar.
Hal
tersebut mendukung penelitian sebelumnya yakni penelitian yang dilakukan oleh
Andita Putri Surya, dkk (2018: 52) yang diperoleh hasil bahwa penggunaan model
pembelajaran Project Based Learning(PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar dan
kreatifitas siswa kelas III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga, Semester II
Tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terlihat pada peningkatan hasil belajar
siswa yakni pada pra siklus ketuntasan belajar siswa sebesar 46% lalu meningkat
sebesar 72% pada Siklus I dan meningkat lagi pada Siklus II sebesar 92%
ketuntasan belajar siswa. Selain pada hasil belajar kreatifitas siswa dari
setiap pertemuan mengalami peningkatan, yang pada awalnya sebesar 27% pada pra
siklus meningkat menjadi 50% pada pertemuan 1 siklus I lalu meningkat kembali
menjadi 51% pada pertemuan II. Dan pada siklus II kreatifitas siswa meningkat
menjadi 80% pertemuan 1 dan meningkat menjadi 90% pada pertemuan 2 siklus II.
Simpulan
Penerapan
pembelajaran abad 21 menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) dengan memanfaatkan rumah belajar efektif dalam pelaksanaan School From Home (SFH) pada siswa
kelas V SD Negeri Selo. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil angket dan wawancara. Secara keseluruhan siswa senang melakukan proyek, berkreasi, senang memanfaatkan rumah belajar dan semakin
semangat belajar. Proyek telah
dilaksanakan selama enam hari. Adapun sintak yang diterapkan antara lain penentuan
pertanyaan mendasar (start with essential question), menyusun
perencanaan proyek (design project), menyusun jadwal (create
schedule), memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students
and progress of project), penilaian hasil (asses the outcome), serta
evaluasi pengalaman (evaluation the experience).
Daftar Rujukan
Andita
Putri Surya, dkk. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreatifitas Siswa Kelas
III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga. Jurnal Pesona Dasar
Vol. 6 No. 1, April 2018, hal.41-54. Diunduh dari http://e-repository.unsyiah.ac.id/PEAR/article/viewFile/10703/8432
Bon, Maria Fatima. (2020). Satu Bulan Belajar Online 728 Siswa
Mengeluh Penumpukan Tugas. Diambil
dari https://www.beritasatu.com/nasional/625917-satu-bulan-belajar-online-728-siswa-mengeluh-penumpukan-tugas
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud. (2017). Panduan Implementasi Kecakapan
Abad 21 Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Kemdikbud. (2014).
Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
_________. (2020). Modul 05 Penerapan
Pembelajaran Abad 21 Memanfaatkan Rumah
Belajar. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Made Wena.
(2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Maharani,
Tsarina. (2020). Kemendikbud: Mayoritas Anak Sulit
Pahami Pelajaran Selama Belajar dari Rumah. Diambil dari https://nasional.kompas.com/read/2020/07/09/14440071/kemendikbud-mayoritas-anak-sulit-pahami-pelajaran-selama-belajar-dari-rumah
Majid, Abdul. (2015). Model
Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar
Hamalik. (2015). Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Rita
Eka Izzaty. (2008). Perkembangan Siswa.
Yogyakarta: UNY Press.
Rohim, dkk. (2016). Belajar dan Pembelajaran di Abad 21. Tugas Mata Kuliah Kajian Media Pembelajaran.
Sutirman.
(2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar