PENERAPAN ‘6 K’ DALAM PELAKSANAAN SFH SISWA KELAS V SD NEGERI SELO
Pandemi covid-19 menjadi tantangan bagi semua khalayak di seluruh aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memutus rantai penyebaran virus corona di bidang pendidikan yaitu adanya kebijakan Belajar di Rumah (BDR). Berdasarkan surat keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 65/Kep/2020 tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di DIY, seluruh instansi pendidikan menerapkan BDR mulai tanggal 23 Maret 2020. Kebijakan baru tentu saja menjadi suatu tantangan dan perlu persiapan yang matang. Sudah kurang lebih tujuh bulan proses BDR berlangsung. BDR menjadi suatu ritme baru dalam pembelajaran di mana perlu adanya adaptasi dan sinergitas antara siswa, guru, dan orang tua.
Awal pelaksanaan BDR saya merasa bingung dalam merancang proses pembelajaran jarak jauh, menentukan teknik pembelajaran yang menarik bagi siswa, dan belum memanfaatkan sumber belajar berbasis daring yang bervariatif karena terkendala jaringan di tempat tinggal siswa yang mayoritas di daerah pegunungan. Selama ini proses pembelajaran jarak jauh memanfaatkan buku pelajaran, handout guru, pembagian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai penugasan, dan pengiriman tugas menggunakan whatsapp. Berdasarkan hasil wawancara online dengan wali/orang tua siswa, sebagian besar siswa merasa bosan terhadap tugas yang diberikan guru dan rindu untuk berangkat ke sekolah. Tugas yang diberikan guru sebagian besar berupa soal-soal dan materi yang terdapat pada buku mata pelajaran tertentu. Orang tua juga mengatakan bahwa siswa lebih mudah memahami materi apabila dijelaskan secara langsung dan tatap muka oleh gurunya.
Pernah suatu ketika saya mencoba menggunakan beberapa aplikasi daring sebagai sarana dan sumber belajar, seperti google classroom, Microsoft sway, quizizz, youtube, dan lain sebagainya. Respon siswa kali pertama diperkenalkan dengan aplikasi baru sangat antusias, akan tetapi fasilitas siswa berupa gadget terbatas karena sering dibawa oleh orang tua siswa bekerja, sehingga seringkali siswa terlambat dalam mengirimkan tugas. Jaringan internet juga menjadi kendala saat proses pembelajaran. Dari permasalahan tersebut saya belajar bahwa kesuksesan pembelajaran jarak jauh tidak melulu dari seberapa banyak aplikasi daring yang digunakan.
Setelah saya mengikuti bimtek program guru belajar seri masa pandemi covid-19, saya memperoleh bekal dan wawasan baru tentang konsep pembelajaran jarak jauh, kurikulum kondisi khusus, pentingnya assesmen diagnosis, model pembelajaran jarak jauh, 5M, media, teknologi dan sumber belajar. Materi tersebut membuka paradigma saya bahwa tolok ukur pembelajaran jarak jauh adalah keamanan, kenyamanan, dan kebermaknaan. Saya melakukan diagnostik kognitif dan nonkognitif awal siswa sebagai bahan evaluasi dalam memperbaiki proses pembelajaran. Hasil diagnostik kognitif awal, diperoleh hasil bahwa siswa mudah lupa terhadap materi apabila hanya membaca dan pemberian soal. Hasil diagnostik nonkognitif awal, siswa merasa bosan, kurang termotivasi, dan cenderung ingin cepat bermain. Dari hasil diagnostik tersebut, selanjutnya guru, siswa, dan orang tua secara kolaboratif melakukan kesepakatan agar proses pembelajaran lebih efektif, menyenangkan, dan bermakna. Hasil kesepakatan diantaranya penggunaan whatsapp group sebagai sarana komunikasi, tidak adanya pembatasan waktu khusus dalam pengiriman penugasan akan tetapi tetap bertanggung jawab dan melakukan konfirmasi kepada guru, melakukan proyek tertentu, pembiasaan karakter, serta menerapkan variasi model pembelajaran blended learning, project based learning, dan contextual teaching and learning. Belajar di rumah bukan lagi sekadar penugasan akademik dalam pencapaian target kurikulum, melainkan sebuah proses bermakna dengan menerapkan ‘4K’, yaitu kecakapan hidup, karakter, kontekstual, dan kreasi.
1. Kecakapan Hidup (Pendidikan Life Skill)
Kecakapan hidup penting dilatih sejak dini dimulai dari rumah. Terlebih di era 4.0, kecakapan hidup mulai terkikis. Dalam hal ini guru menumbuhkan life skill siswa bekerja sama dengan orang tua. Siswa dilatih melakukan pembiasaan seperti:
a. Membantu orang tua
Orang tua dapat membimbing siswa untuk membantu pekerjaannya. Orang tua dapat menjelaskan tentang persiapan, tata cara, perlengkapan, serta alat atau bahan yang diperlukan. Dengan cara seperti ini, siswa dapat memunculkan rasa ingin tahu, sehingga muncul kecakapan hidup yang baru dirasakan. Kegiatan yang telah dilakukan siswa kelas V SD N Selo antara lain merapikan tempat tidur, mencuci perlengkapan sekolah, merapikan buku, dan kegiatan kemandirian lainnya.
Semua kegiatan atau aktivitas siswa diketahui oleh guru dengan berkomunikasi dengan orang tua secara daring melalui whatsapp. Orang tua secara rutin mengirimkan foto atau video siswa dalam melaksanakan kegiatan. Guru juga memberikan apresiasi kepada setiap siswa yang telah membantu orang tua dan melakukan evaluasi.
b. Praktik hidup bersih dan sehat
Terkait dengan pandemi corona, siswa semakin digiatkan dengan gaya hidup bersih dan sehat di rumah, misalnya mencuci tangan, berjemur, dan menjaga kebersihan lingkungan rumah. Guru dapat memberikan petunjuk dan langkah mencuci tangan yang benar. Kemudian siswa bersama bimbingan orang tua melakukan praktik mencuci tangan yang benar. Selan itu siswa juga membiasakan berjemur sesuai anjuran pemerintah untuk mencegah covid-19. Tak lupa, siswa juga praktik menjaga kebersihan, misalnya mencuci, mengepel, menyapu, dan lain sebagainya. Setiap hari Jumat, siswa rutin melaksanakan Jumat bersih lingkungan rumah bersama keluarga. Dengan cara seperti ini, siswa dapat memunculkan rasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan.
Gambar 1. Praktik Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan
c. Penanaman regulasi diri
Belajar di rumah dapat memberi kecakapan hidup siswa untuk meregulasi diri (mengatur diri sendiri). Dalam hal ini, orang tua berperan penting dalam pengaturan waktu siswa untuk beraktivitas di rumah. Guru juga memberikan lembar “Aktivitasku” yang berisi laporan kegiatan untuk memantau aktivitas siswa di rumah, seperti beribadah, membantu orang tua, literasi, mengerjakan tugas, dan kegiatan positif lainnya.
2. Karakter
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Karakter akan terbentuk dengan adanya suatu pembiasaan. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan siswa kelas V SD N Selo saat BDR antara lain:
a. Beribadah, sesuai dengan penerapan nilai karakter religius. Kegiatan ibadah di rumah dilaporkan orang tua melalui foto/video. Siswa melakukan pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah belajar. Kegiatan tersebut melatih nilai kejujuran siswa dalam melaporkan kegiatan.
Gambar 3. Foto Kesiapan BDR dengan berdoa
b. Diskusi bersama orang tua, sesuai dengan penerapan nilai karakter toleransi dan demokratis. Diskusi dilakukan saat mengerjakan tugas dari guru.
c. Membantu orang tua, sesuai dengan penerapan nilai karakter mandiri, disiplin, dan tanggung jawab. Kegiatan membantu orang tua dapat dilakukan sesuai pendidikan life skill.
d. Literasi, sesuai dengan penerapan nilai karakter gemar membaca. Siswa melakukan pembiasaan literasi selama 15-30 menit. Guru dapat memberikan penugasan kegiatan literasi secara variatif, misalnya membaca buku cerita, surat kabar, dan mencatat berita tentang covid-19 di televisi.
e. Hijau dan bersih rumahku, sesuai dengan pengamalan nilai karakter peduli lingkungan. Kegiatan dapat dilakukan dengan penanaman tanaman, merawat hewan peliharaan, dan Jumat bersih lingkungan rumah.
f. Celengan peduli covid-19, sesuai dengan pengamalan nilai karakter peduli sosial. Guru memberikan tugas siswa membuat kreasi celengan dari bahan bekas di sekitar rumah. Tujuan dari kegiatan tersebut yaitu menanamkan hidup hemat dan empati terhadap adanya pandemi covid-19. Siswa secara rutin menabung di celengan hasil kreasinya.
3. Kontekstual
Siswa kelas V SD N Selo menerapkan kurikulum 2013, namun dalam pelaksanaan pembelajaran daring guru tidak membebani siswa untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Guru mengemas materi tematik dengan pembelajaran kontekstual yaitu dengan memberikan pengalaman secara langsung dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya pada tema 3 “Makanan Sehat” materi muatan Bahasa Indonesia tentang iklan dan muatan IPA tentang makanan sehat, siswa melakukan praktik memasak bersama orang tua. Siswa dibebaskan memilih jenis makanan yang disukai. Setelah memasak, siswa memeragakan iklan makanan yang telah dimasak layaknya chef cilik. Hasil penugasan diluar dugaan. Siswa sangat antusias dalam belajar dan hasil kreasi makanan bervariatif. Siswa juga tampak percaya diri dalam mempresentasikan iklan makanan hasil kreasinya.
Gambar 4. Contoh Pembelajaran Kontekstual
Hasil pekerjaan siswa secara rutin dilaporkan orang tua kepada guru, kemudian guru memberikan penilaian kualitatif dengan memberikan deskripsi apresiasi terhadap perkembangan siswa. Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran lebih bermakna dan tidak terkesan monoton. Berdasarkan evaluasi bersama orang tua, siswa terlihat semangat dalam belajar.
4. Kreasi
BDR tidak menutup kemampuan siswa untuk berkreasi. Dalam hal ini, guru dapat memberikan tugas berkreasi untuk melatih keterampilan siswa. Tugas yang diberikan dapat dikaitkan dengan pandemi covid-19. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan siswa kelas V SD Negeri Selo antara lain sebagai berikut.
a. Membuat minuman penambah imunitas
Salah satu upaya mencegah covid-19 yaitu menjaga imunitas tubuh. Guru dapat memberikan penugasan proyek kepada siswa berkaitan dengan hal tersebut, salah satunya yaitu membuat minuman jahe. Siswa bersama orang tua bereksplorasi membuat minuman tersebut, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang cara membuat minuman sehat. Adapun materi pembuatan minuma sehat yang dikaitkan dengan materi tematik yaitu pembuatan infused water.
Gambar 5. Praktik Membuat Minuman Sehat
b. Membuat masker kain
Penggunaan masker menjadi salah satu upaya mencegah penyebaran covid-19. Guru dapat memberikan penugasan proyek untuk meningkatkan keterampilan siswa yaitu dengan membuat masker kain.
Gambar 6. Praktik Membuat Masker Kain
c. Membuat celengan peduli covid-19
Salah satu upaya menumbuhkan rasa empati terhadap adanya pandemi covid-19, siswa dapat diberi tugas untuk membuat celengan pedui covid-19. Celengan yang dibuat dapat memanfaatkan bahan bekas yang ada di sekitar rumah, seperti botol, kardus, kaleng, atau bahan bekas lainnya. Siswa dapat berkreasi menghias celengan dan menggunakan celengan tersebut untuk menabung sebagai upaya kepedulian siswa.
Gambar 7. Praktik Membuat Celengan Peduli Covid-19
d. Kreasi lagu tentang corona
Guru membuat lagu kreasi tentang kampanye corona untuk mempermudah siswa dalam memahami tahapan mencegah virus tersebut. Lagu tersebut diunggah oleh guru di youtube kemudian dinyanyikan oleh siswa.
Gambar 8. Lagu Kreasi Covid-19
Setelah mengikuti program guru belajar seri masa pandemi covid-19 dengan menerapkan merdeka belajar melalui ‘4K’, secara keseluruhan proses pembelajaran jarak jauh mengalami peningkatan baik kognitif maupun nonkognitif. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, siswa semakin termotivasi dalam belajar, mandiri dan bertanggung jawab melalui pembiasaan kecakapan hidup, mulai terbiasa dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter atas kesadaran diri, berpikir kritis dan kreatif melalui kegiatan proyek, serta meningkatkan rasa percaya diri melalui presentasi. Sehingga diharapkan terciptanya joyfull and meaningfull learning, sehingga proses pembelajaran lebih bermakna karena memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar