PENERAPAN PEMBELAJARAN ABAD 21 MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN PJBL DAN PEMANFAATAN
RUMAH BELAJAR PADA PELAKSANAAN SFH
Oleh :
Dini Annisa Nurbaety Elsola
SD Negeri Selo
diniannisa31@gmail.com
https://bpmpjogja.kemdikbud.go.id/jurnal-pendidikan-volume-xii-nomor-01-april-2021/
ABSTRAK
Pembelajaran abad 21 menjadi salah satu syarat untuk mengoptimalkan pembelajaran yang
dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Karakteristik utama pembelajaran abad 21 yaitu
mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
berbasis aktivitas dan berpusat pada siswa. Pengalaman terbaik (best practice) ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan pembelajaran abad 21 menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) dan pemanfaatan rumah belajar pada pelaksanaan School From Home (SFH)
siswa kelas V SD Negeri Selo Kapanewon Kokap, Kulon Progo. Best practice telah terlaksana
dengan menerapkan enam sintak pembelajaran yaitu penentuan pertanyaan mendasar, menyusun
perencanaan proyek, menyusun jadwal, memantau siswa dan kemajuan proyek, penilaian hasil,
serta evaluasi. Secara keseluruhan diperoleh hasil 83% siswa senang dalam melakukan proyek,
67% senang berkreasi, 83% senang memanfaatkan rumah belajar, dan 83% semangat dalam
belajar.
Kata kunci: pembelajaran abad 21, Project Based Learning (PjBL), rumah belajar, School From
Home (SFH), sekolah dasar
APPLICATION OF 21ST CENTURY LEARNING USING PROJECT BASED LEARNING (PJBL)
MODEL AND RUMAH BELAJAR IN THE IMPLEMENTATION OF
SCHOOL FROM HOME (SFH)
By:
Dini Annisa Nurbaety Elsola
SD Negeri Selo
diniannisa31@gmail.com
ABSTRACT
The learning of 21st century is one of the requirements to optimize learning that can improve
the quality of education. The main characteristic of 21st century learning is integrating ICT in the
learning process by applying an activity-based and student-centered learning model. This best
practice aims to determine the application of 21st century learning using Project Based Learning
(PjBL) model and Rumah Belajar in the implementation of School From Home (SFH) for fifth grade
students of SD Negeri Selo Kapanewon Kokap, Kulon Progo. Best practice has been implemented
by applying six learning syntax, start with essential question, design project, create schedules,
monitoring the students and progress of project, asses the outcome, and evaluation of the
experience. Overall, 83% of students were happy in doing projects, 67% were happy to be
creative, 83% were happy to use the learning house, and 83% were enthusiastic in learning.
Keywords: 21st century learning, Project Based Learning (PjBL), Rumah Belajar, School From
Home (SFH), elementary school
Pendahuluan
Pada abad 21 akan terjadi perubahan yang sangat besar
pada semua bidang termasuk bidang pendidikan.
Perubahan tersebut ditandai dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta persaingan global. Salah
satu faktor penentu kualitas pendidikan adalah sumber daya manusia. Dengan
demikian diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
salah satunya melalui pelaksanaan pembelajaran.
Oemar
Hamalik (2015: 54) menyatakan bahwa proses pembelajaran berlangsung dalam
situasi pembelajaran, di mana di dalamnya terdapat komponen-komponen
pembelajaran, yaitu tujuan, siswa, guru, metode, media, penilaian, dan situasi
pembelajaran. Siswa merupakan
salah satu komponen utama dalam pembelajaran. Dengan kata lain, siswa berperan
sebagai subjek yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Siswa dituntut harus memiliki keterampilan
atau kecakapan abad 21, yaitu kualitas karakter, literasi dan kompetensi.
Proses pembelajaran abad
21 merupakan pembelajaran
yang bersifat menyeluruh mengintegrasikan ketiga aspek yaitu pengetahuan (knowledge), sikap, dan keterampilan (psikomotorik),
serta penguasaan TIK. Hal tersebut sesuai dengan
Kemdikbud (2020: 21) yang menyatakan bahwa pembelajaran
abad 21 merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta
penguasaan terhadap teknologi. Kecakapan tersebut sangat
diperlukan terlebih dalam pelaksanaan School From Home (SFH) sejak tanggal 23 Maret
2020 yang sesuai dengan surat keputusan Nomor 65/Kep/2020 tentang Penetapan
Status Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
di DIY.
Proses
pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang bersifat
menyeluruh mengintegrasikan ketiga aspek yaitu pengetahuan (knowledge), sikap, dan
keterampilan (psikomotorik), serta penguasaan TIK. Hal tersebut sesuai dengan
Kemdikbud (2020: 21) yang menyatakan bahwa pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta
penguasaan terhadap teknologi. Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model
pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kecakapan
yang dibutuhkan di abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher
Order Thinking Skills) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan global. (Dit PSMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017).
Karakteristik utama pembelajaran abad 21 yaitu mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran. Peran TIK
bagi guru memungkinkan untuk menjadi fasilitator, kolaborator,
mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar; dapat memberikan pilihan dan
tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami pengalaman belajar,
serta menjadi kreator inovasi pembelajaran. Pembelajaran abad 21 menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dilatih untuk bisa
berkolaborasi dengan orang lain, materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa atau kontekstual, serta diberikan kesempatan untuk berpikir
kritis dan berkreasi.
Pembelajaran abad 21 dikembangkan
melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Model
pembelajaran menjadi kunci seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran. Kecakapan abad 21 yang dimiliki oleh siswa
perlu didukung oleh guru yang harus menguasai dan mengelaborasi dalam proses pembelajaran
yang dikembangkan, yaitu dengan menerapkan
model-model pembelajaran inovatif yang didominasi partisipasi siswa. Terlebih
selama menerapkan kebijakan belajar di rumah, guru dituntut mengelola
pembelajaran yang mampu menjadikan siswa tetap aktif, kreatif, dan terampil
dalam memanfaatkan teknologi.
Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan guru yaitu model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL), yaitu model pembelajaran dengan berbasis proyek. Menurut Sutirman
(2013: 43) pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model pembelajaran
untuk menghasilkan produk atau proyek yang nyata dimana siswa berperan secara
aktif.
Hal tersebut didukung dengan
pendapat Made Wena (2009: 145) yang menyatakan bahwa belajar berbasis proyek (project
based learning) adalah sebuah metode atau pendekatan pembelajaran inovatif.
Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari
suatu disiplin studi, melibatkan pembelajar dalam investigasi pemecahan masalah
dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pembelajaran
bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
puncaknya menghasilkan produk nyata.
Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran project
based learning (PjBL) merupakan suatu model pembelajaran berbasis proyek
yang memberikan kesempatan siswa untuk merancang, mencari berbagai sumber
belajar, bekerja secara mandiri atau kelompok, dan berkreasi membuat suatu
proyek atau hasil karya tertentu. Guru dapat memberikan tema penugasan proyek
yang dikaitkan dengan pandemi covid-19.
Karakteristik model pembelajaran Project
Based Learning menurut Abdul Majid (2015: 163) antara lain siswa membuat
keputusan tentang sebuah kerangka kerja, adanya permasalahan atau tantangan
yang diajukan kepada siswa, siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan, siswa secara kolaboratif bertanggung
jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan masalah, proses
evaluasi dilakukan secara kontinu, siswa secara berkala melakukan refleksi atas
aktivitas yang sudah dijalankan, produk akhir aktivitas belajar siswa akan
dievaluasi secara kualitatif, serta situasi pembelajaran sangat toleran
terhadap kesalahan dan perubahan.
Karakteristik tersebut sesuai dengan Buck
Institute for Education dalam (Made Wena, 2009: 145) antara lain siswa
membuat keputusan dan membuat kerangka kerja, terdapat masalah yang
permasalahannya belum ditentukan sebelumnya, siswa merancang proses untuk mencapai
hasil, siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan, siswa melakukan evaluasi secara kontinu, siswa secara teratur
melihat kembali apa yang dikerjakan, hasil akhir berupa produk dan dievaluasi
kualitasnya, dan kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan
perubahan.
Sintak yang digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai dengan Kemdibud (2014: 34) adalah 1) penentuan pertanyaan
mendasar (start with essential question). Pembelajaran dimulai dengan
pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam
melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang
sesuai dengan realita dunia nyata. 2) Menyusun perencanaan proyek (design
project). Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.
Perencanaan berisi tentang aturan main, mengintegrasikan beberapa materi, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat digunakan untuk membantu penyelesaian
proyek. 3) Menyusun jadwal (create schedule). Guru dan siswa secara
kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. 4) Memantau
siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of project).
Guru memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek. Dengan kata lain
guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. 5) Penilaian hasil (asses
the outcome). Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar kompetensi, mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, dan
memberi umpan balik. 6) Evaluasi pengalaman (evaluation the experience). Tahap
evaluasi terjadi pada akhir proses kegiatan, tujuannya untuk refleksi kegiatan
berikutnya.
Pelaksanaan SFH tidak lepas dari pembelajaran abad 21
yang mengintegrasikan TIK dan berbasis aktivitas. Akan tetapi pelaksanaan SFH
mengalami hambatan dan kesulitan. Kemdikbud juga menggelar survei kepada guru,
kepala sekolah, orang tua, dan para siswa terkait evaluasi belajar dari rumah.
Kepala Balitbang Kemdikbud (Maharani, 2020) menyatakan hasil survei bahwa
mayoritas siswa mengalami kesulitan memahami pelajaran, kurang konsentrasi,
tidak dapat bertanya langsung kepada guru, bosan, dan jaringan internet yang
kurang memadai. Selain itu hasil survei KPAI (Maria Fatima Bona, 2020) diperoleh bahwa
19,1% responden guru yang sudah terbiasa menggunakan aplikasi
daring. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan SFH masih mengalami
beberapa kendala termasuk di SD Negeri Selo, Kokap, Kulon Progo. Berdasarkan wawancara dengan rekan
sejawat, kebijakan School From Home (SFH) atau Belajar di Rumah (BDR)
membuat guru merasa bingung dalam merancang proses pembelajaran jarak jauh,
menentukan teknik pembelajaran yang menarik bagi siswa, dan belum memanfaatkan
sumber belajar berbasis daring yang bervariatif. Sebagian besar guru memanfaatkan buku pelajaran, lembar kerja siswa yang ada, dan menggunakan whatsapp.
Hal tersebut didukung hasil wawancara online dengan wali/orang tua
siswa, beberapa siswa juga merasa bosan terhadap tugas yang diberikan guru.
tugas yang diberikan guru sebagian besar berupa soal-soal dan materi yang
terdapat pada buku mata pelajaran tertentu.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memutus rantai
penyebaran virus corona di bidang pendidikan yaitu adanya kebijakan SFH (School
From Home). SFH merupakan pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru
secara jarak jauh di mana siswa belajar di rumah. Merujuk pada ketentuan surat
edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 bahwa SFH difokuskan pada kecakapan hidup (life
skill) dan pembiasaan karakter siswa. Ketentuan belajar di rumah sesuai
surat edaran Mendikbud antara lain belajar dari rumah melalui pembelajaran
daring atau jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan untuk menuntaskan seluruh capaian
kurikulum, belajar difokuskan pada pendidikan life skill antara lain
mengenai pandemi covid-19, aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi
antarsiswa sesuai minat dan kondisi masing-masing siswa, termasuk mempertimbangkan
fasilitas belajar di rumah, serta bukti atau produk aktivitas belajar di rumah
diberi umpan balik yang bersifat kualitatif tanpa harus memberi skor atau nilai
kuantitatif.
Berdasarkan surat keputusan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 65/Kep/2020 tentang Penetapan Status Tanggap Darurat
Bencana Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di DIY,
seluruh instansi pendidikan menerapkan SFH mulai tanggal 23 Maret 2020. Siswa usia sekolah dasar merupakan salah satu tahap
perkembangan manusia pada masa kanak-kanak akhir, yaitu usia 7-12 tahun.
Menurut Piaget (Izzaty, et.al., 2008: 116), masa kanak-kanak akhir berada pada
tahap berpikir operasional konkret di mana anak dapat berpikir logis pada
benda-benda nyata. Dalam hal ini Rita Eka Izzaty, et.al. (2008: 116) membagi masa kanak-kanak akhir
menjadi dua fase, yakni masa kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) serta masa kelas
tinggi (kelas 4, 5, dan 6) sekolah dasar.
Lebih lanjut Izzaty menjelaskan ciri-ciri anak kelas
tinggi sekolah dasar antara lain: (1) perhatiannya tertuju pada kehidupan
praktis sehari-hari; (2) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis; (3) timbul
minat pada pelajaran-pelajaran khusus; (4) anak memandang nilai sebagai ukuran
yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah; dan (5) anak-anak suka
membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Berdasarkan karakteristik tersebut, strategi guru yang dapat digunakan guru
dalam menerapkan kebijakan belajar di rumah yaitu dengan menggunakan
benda-benda yang nyata, menggunakan alat-alat audio/visual, memberikan
contoh-contoh yang akrab dalam kehidupan siswa dan memberikan latihan nyata
dalam menganalisis masalah atau kegiatan pembelajaran, dan berkreasi membuat
proyek tertentu. Sehingga model pembelajaran PjBL sangat
cocok diterapkan pada siswa usia sekolah dasar agar proses pembelajaran lebih
bermakna. Proyek yang dilakukan siswa dapat dikaitkan dengan materi atau konten
pandemi covid-19.
Berdasarkan permasalahan tersebut diterapkan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL), yaitu model pembelajaran dengan berbasis proyek. Menurut
Sutirman (2013: 43) pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model
pembelajaran untuk menghasilkan produk atau proyek yang nyata dimana siswa
berperan secara aktif. Hal tersebut didukung dengan pendapat Made Wena (2009:
145) yang menyatakan bahwa belajar berbasis proyek (project based learning) adalah
sebuah metode atau pendekatan pembelajaran inovatif. Selain itu, model pembelajaran tersebut
juga diintegrasikan dengan pemanfaatan teknologi sebagai sumber belajar agar
pembelajaran lebih menarik dan siswa mampu berwawasan luas. Aplikasi yang dapat
dimanfaatkan guru dan siswa yaitu Rumah Belajar. Portal
Rumah Belajar merupakan salah satu laman pembelajaran yang di dalamnya terdapat beragam konten dan aktivitas pembelajaran. Terdapat 4 (empat) fitur utama di rumah belajar, yaitu
sumber belajar, kelas digital, bank soal, dan laboratorium maya. Selain itu
juga terdapat 5 fitur lainnya, yaitu peta budaya, Buku Sekolah Elektronik,
wahana jelajah angkasa, karya bahasa dan sastra, serta pengembangan keprofesian
berkelanjutan. (Kemdikbud, 2020: 22-23). Terlebih sejak diterapkannya kebijakan
School From Home (SFH) atau Belajar di Rumah (BDR), proses pembelajaran
dilakukan jarak jauh secara daring yang tentunya akses membutuhkan teknologi.
Dengan demikian dilakukan best practice dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Abad 21 Menggunakan
Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan Pemanfaatan Rumah
Belajar pada Pelaksanaan School From Home (SFH) Siswa Kelas V SD Negeri
Selo Kapanewon Kokap, Kulon Progo.” Hasil best practice ini diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V di SD Negeri Selo dalam
melaksanakan pembelajaran jarak jauh selama kebijakan School From Home (SFH)
atau belajar di rumah. Selain itu model pembelajaran PjBL juga sebagai upaya
pencapaian kualitas pendidikan menuju abad 21, di mana siswa terbiasa berpikir
kritis, kreatif, mandiri, dan terampil dalam memanfaatkan teknologi sebagai
sumber belajar.
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam best practice ini adalah “Bagaimana Penerapan Pembelajaran Abad 21
Menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan
Pemanfaatan Rumah Belajar pada Pelaksanaan School From Home (SFH) Siswa
Kelas V SD Negeri Selo Kapanewon Kokap, Kulon Progo?”
Adapun tujuan dari best practice ini adalah untuk mengetahui
penerapan pembelajaran abad 21 menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) dan pemanfaatan rumah belajar pada pelaksanaan School
From Home (SFH) siswa kelas V SD Negeri Selo Kapanewon Kokap, Kulon Progo.
Manfaat best practice bagi siswa diharapkan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V di SD Negeri Selo dalam
melaksanakan pembelajaran jarak jauh selama kebijakan School From Home (SFH)
atau belajar di rumah. Selain itu model pembelajaran PjBL juga sebagai upaya
pencapaian kualitas pendidikan menuju abad 21, di mana siswa terbiasa berpikir
kritis, kreatif, mandiri, dan terampil dalam memanfaatkan teknologi sebagai
sumber belajar. Bagi guru hasil best practice ini diharapkan dapat memberikan peningkatan mutu pembelajaran jarak jauh dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan memanfaatkan aplikasi rumah belajar dan aplikasi daring lainnya kepada siswa SD Negeri Selo. Bagi sekolah hasil best practice ini diharapkan menjadi bahan masukan dan referensi bagi guru lainnya khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh secara daring selama diterapkannya kebijakan School From Home
(SFH) dan dapat diterapkan secara berkelanjutan pada proses pembelajaran
berikutnya.
Metode
Penelitian
Adapun strategi pemecahan masalah yang
dipilih adalah dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) dan memanfaatkan rumah belajar. Subjek best practice ini
adalah siswa kelas V SD Negeri Selo, Kokap, Kulon Progo tahun pelajaran 2019/2020.
Proses pembelajaran dilakukan secara daring dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Materi yang dipelajari yaitu
“Kampanye Covid 19”. Proyek ini dilaksanakan selama enam hari, yaitu tanggal 7,
8, 9, 13, 14, dan 15 April 2020. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Sumber data berupa hasil angket, portofolio, dan
penilaian.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan best practice ini dilakukan melalui beberapa tahap,
pertama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebelum melaksanakan
pembelajaran, guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi yang
dipelajari yaitu sesuai dengan kehidupan nyata siswa, yaitu “Kampanye
Covid-19”. Kedua menyiapkan media dan sumber belajar berbasis teknologi. Dalam
upaya pembelajaran abad 21, guru dan siswa memanfaatkan teknologi sebagai
sumber belajar. Adapun sumber belajar yang digunakan siswa antara lain whatsapp
group, televisi, google forms, media sosial seperti facebook dan
instagram, youtube, rumah belajar, serta quizizz yaitu aplikasi
penilaian berbasis game.
Whatsapp group digunakan sebagai sarana komunikasi antara
guru, siswa, maupun wali/orang tua siswa. Guru dapat melakukan diskusi dalam
pembelajaran jarak jauh. Selain itu whatsapp group juga dapat dilakukan
sebagai sarana guru dalam memantau proses pembelajaran daring dan penyampaian
umpan balik secara berkala kepada siswa. Aplikasi google forms dapat
membantu guru dalam melakukan presensi online dalam proses pembelajaran
jarak jauh. Siswa dengan bantuan orang tua mengisi link presensi yang telah
dibagikan oleh guru. preSelain itu google forms juga dapat dimanfaatkan
guru sebagai sarana pemberian kuis tanya jawab untuk mengetahui kemampuan dasar
siswa. Jenis soal dapat diatur oleh guru melalui aplikasi tersebut sesuai
dengan kebutuhan. Jawaban dari siswa juga akan terekap secara otomatis dan
dapat diunduh. Media sosial dapat digunakan oleh guru untuk mengunggah hasil
kreasi siswa seperti poster. Tujuannya adalah agar siswa lebih termotivasi dan
menghargai hasil karya temannya.
Youtube dapat digunakan guru sebagai sarana
menyampaikan sumber belajar berkaitan dengan materi pembelajaran. Seain itu,
guru juga dapat berkreasi membuat media pembelajaran interaktif dengan
mengunggah pada youtube. Tujuannya agar sumber belajar siswa lebih
bervariatif dan menarik bagi siswa. Rumah belajar merupakan sebuah aplikasi
gratis milik Kemdikbud. Di dalam rumah belajar terdapat berbagai fitur yang
dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa dalam mendukung proses pembelajaran
jarak jauh. Sesuai dengan slogannya yaitu belajar di mana saja, kapan saja,
dengan siapa saja. Artinya guru dapat menghimbau siswa menggunakan aplikasi
rumah belajar sebagai sumber belajar siswa. Siswa dapat mencari berbagai referensi
secara mandiri, literasi digital pada fitur karya bahasa dan sastra, serta
melakukan evaluasi mandiri melalui fitur bank soal. Tujuannya siswa lebih
mengeksplor kemampuannya, aktif dalam pembelajaran, dan guru tidak lagi menjadi
satu-satunya sumber belajar. Di akhir pembelajaran, guru dapat melakukan proses
penilaian untuk mengukur kemampuan siswa. Dalam hal ini, guru dapat
memanfaatkan teknologi seperti aplikasi quizizz, di mana proses
penilaian dilakukan berbasis game.
Ketiga implementasi pembelajaran daring menggunakan model PjBL.
Pelaksanaan pembelajaran daring menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) dengan menerapkan enam sintak pembelajaran, yaitu penentuan
pertanyaan mendasar, menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal,
memantau siswa dan kemajuan proyek, penilaian hasil, dan
evaluasi pengalaman.
Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential
question)
Pada awal pembelajaran, siswa melakukan
presensi online dengan mengisi biodata pada google forms.
Selanjutnya siswa melaksanakan literasi dengan menonton berita di televisi dan
membaca sumber belajar di aplikasi rumah belajar. Portal rumah belajar dapat
diakses secara gratis melalui https://belajar.kemdikbud.go.id. Setelah siswa melaksanakan literasi, siswa melakukan tanya jawab
bersama guru melalui whatsapp group kemudian siswa mengisi pertanyaan
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari melalui aplikasi google forms. Pertanyaan
tersebut berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Menyusun perencanaan proyek (design project)
Siswa bersama guru menyusun perencanaan
proyek dengan menentukan alat, bahan, dan menetapkan aturan main. Adapun aturan
mainnya yaitu setiap hari siswa dengan bantuan bantuan orang tua mengumpulkan
tugas sesuai tema yang ditentukan dan mengumpulkan tugas ke guru dengan
mengirimkan foto atau video melalui aplikasi whatsapp. Pengumpulan tugas
menerapkan penggunaan bintang sebagai reward kedisiplinan siswa.
Bintang yang diberikan terdiri atas tiga
macam, yaitu bintang emas apabila siswa mengerjakan tugas secara
disiplin, tepat waktu, sungguh-sungguh, dan lengkap; bintang hijau
apabila siswa kurang tepat waktu dan kurang lengkap dalam melaksanakan tugas;
serta bintang merah apabila siswa tidak disiplin dan tidak mengerjakan
tugas. Pemberian bintang berpengaruh positif terhadap motivasi siswa dalam
belajar maupun melakukan kegiatan lainnya.
Menyusun jadwal (create schedule)
Proses pembelajaran dilaksanakan selama
enam hari dengan rincian kegiatan sebagai berikut. Tanggal 7 April 2020 siswa
membuat poster dengan tema “Mencuci Tangan Menggunakan Air Mengalir dan Sabun”.
Guru dapat memberikan contoh poster sesuai tema, kemudian siswa berkreasi
menggambar seuai dengan tema yang ditentukan. Wali/orang tua siswa akan
melaporkan hasil karya siswa kepada guru melalui whatsapp. Selain itu,
guru juga memberikan penugasan proyek menyiapkan tempat cuci tangan beserta
sabun kemudian praktik mencuci tangan sesuai langkah yang benar. Awalnya guru
memberikan stimulus dengan memberikan gambar dan penjelasan tujuh langkah
mencuci tangan yang benar. Siswa dengan bantuan orang tua kemudian
mempraktikkan mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun.
Tanggal 8 April 2020 siswa berkreasi
membuat poster tema “Tetap Tinggal di Rumah”. Sama halnya dengan kegiatan hari
pertama, guru memberikan contoh kemudian siswa berkreasi menggambar sesuai
tema. Guru dapat memantau pekerjaan siswa dengan berkomunikasi dengan orang
tua. Selain itu guru juga memberikan penugasan proyek membuat minuman jahe
sebagai penambah imun. Materi tersebut disesuaikan dengan kehidupan nyata siswa
berkaitan dengan pandemi covid-19. Tanggal 9 April 2020 siswa membuat poster
dengan tema “Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan” dan pantun tentang covid 19.
Tanggal 13 April 2020 siswa membuat poster dengan tema “Tidak Berjabat Tangan”
dan melakukan praktik simulasi pengganti jabat tangan. Praktik simluasi
pengganti jabat tangan dapat dilakukan bersama orang tua atau saudaranya. Video
simulasi kemudian dikirimkan oleh wali/orang tua siswa melalui whatsapp.
Tanggal 14 April 2020 siswa membuat poster
dengan tema “Pakai Masker”. Berkaitan dengan tema tersebut, siswa dengan
bimbingan orang tua juga berkreasi membuat masker kain dengan memanfaatkan kain
perca di rumahnya. Tanggal 15 April 2020
siswa berkreasi membuat media permainan mencuci tangan. Selain itu guru membuat
kreasi lagu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pencegahan covid-19.
Guru mengunggah kreasi lagu ke channel youtube.
Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the
students and progress of project)
Semua kegiatan atau aktivitas siswa dipantau
oleh guru dengan berkomunikasi kepada wali/orang tua siswa secara daring
melalui whatsapp. Orang tua secara rutin mengirimkan foto atau video
siswa dalam melaksanakan kegiatan. Guru rutin menanyakan perkembangan siswa dan
membuka kesempatan tanya jawab jika siswa kesulitan mengerjakan proyek. Setiap
hari guru mengunggah hasil proyek siswa melalui sosial media seperti instagram
dan facebook serta youtube.
Penilaian hasil (asses the outcome)
Untuk mengetahui pengetahuan siswa, guru
dapat melaksanakan penilaian secara kognitif secara manual maupun daring. Guru
dapat memanfaatkan teknologi dalam melakukan penilaian, yaitu dengan
menggunakan aplikasi quizizz. Guru dapat membuat soal evaluasi di
aplikasi tersebut dengan mengatur waktu pengerjaan, selanjutnya siswa
mengerjakan soal tersebut dengan batasan waktu tertentu seperti bermain game.
Hasil pekerjaan siswa akan diketahui secara langsung melalui aplikasi tersebut.
Siswa juga dapat mengetahui jawaban yang benar setelah game berakhir.
Penilaian secara manual dapat dikemas oleh guru dalam bentuk kuis teka-teki
silang. Hasil pekerjaan siswa dapat dikirim ke guru melalui whatsapp. Sedangkan
untuk hasil karya siswa dapat dilakukan penilaian keterampilan.
Evaluasi pengalaman (evaluation the experience)
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa melakukan refleksi. Guru
memberikan umpan balik dengan memberikan deskripsi kualitatif kepada setiap
siswa melalui aplikasi whatsapp. Guru memberikan angket untuk
mengevaluasi proses pembelajaran. Hasil survei awal siswa kelas V diperoleh
data sebagai berikut.
Gambar 1. Diagram Hasil Survei Awal Siswa
Hasil survei awal pada gambar 1 diperoleh data sebanyak 0% siswa senang melakukan proyek, 17% seneng berkreasi, 0% senang memanfaatkan rumah belajar, dan 17% siswa semangat belajar. Setelah diterapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan pemanfaatan rumah belajar, hasil angket diperoleh data sebagai berikut.
Gambar 2. Diagram Hasil Survei Akhir Siswa
Secara keseluruhan sesuai gambar 2 diperoleh data 83% siswa senang melakukan
proyek, 67% senang berkreasi, 83% senang memanfaatkan rumah belajar, dan 83%
semangat dalam belajar. Dengan demikian, data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbandingan antara survei awal dan survei akhir. Pada survei
awal siswa kurang termotivasi belajar karena tugas yang diberikan belum melakukan
proyek, berkreasi, dan memanfaatkan sumber belajar digital yang bervariatif.
Sedangkan hasil survei akhir setelah menerapkan model pembelajaran PjBL,
siswa merasa lebih bersemangat belajar karena melakukan proyek, tugas berkreasi,
dan memanfaatkan sumber belajar digital. Data tersebut didukung hasil monitoring, siswa terlihat lebih
mandiri dan termotivasi dalam mencari sumber belajar dengan memanfaatkan
teknologi, terbiasa melakukan literasi digital, dan terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Dari hasil proyek, siswa terlihat
lebih percaya diri, berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan terampil
dalam memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar.
Hal tersebut mendukung penelitian sebelumnya yakni penelitian yang dilakukan oleh Andita Putri Surya, dkk (2018: 52) yang diperoleh hasil bahwa penggunaan model pembelajaran Project Based Learning(PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas siswa kelas III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga, Semester II Tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terlihat pada peningkatan hasil belajar siswa yakni pada pra siklus ketuntasan belajar siswa sebesar 46% lalu meningkat sebesar 72% pada Siklus I dan meningkat lagi pada Siklus II sebesar 92% ketuntasan belajar siswa. Selain pada hasil belajar kreatifitas siswa dari setiap pertemuan mengalami peningkatan, yang pada awalnya sebesar 27% pada pra siklus meningkat menjadi 50% pada pertemuan 1 siklus I lalu meningkat kembali menjadi 51% pada pertemuan II. Dan pada siklus II kreatifitas siswa meningkat menjadi 80% pertemuan 1 dan meningkat menjadi 90% pada pertemuan 2 siklus II.
Simpulan
Penerapan pembelajaran abad 21
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan
memanfaatkan rumah belajar efektif dalam pelaksanaan School From Home (SFH) pada siswa
kelas V SD Negeri Selo. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil angket dan wawancara. Secara keseluruhan siswa senang melakukan proyek, berkreasi, senang memanfaatkan rumah belajar dan semakin
semangat belajar. Proyek telah
dilaksanakan selama enam hari. Adapun sintak yang diterapkan antara lain penentuan
pertanyaan mendasar (start with essential question), menyusun
perencanaan proyek (design project), menyusun jadwal (create
schedule), memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students
and progress of project), penilaian hasil (asses the outcome), serta
evaluasi pengalaman (evaluation the experience).
Daftar Rujukan
Andita
Putri Surya, dkk. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreatifitas Siswa Kelas
III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga. Jurnal Pesona Dasar
Vol. 6 No. 1, April 2018, hal.41-54. Diunduh dari http://e-repository.unsyiah.ac.id/PEAR/article/viewFile/10703/8432
Bon, Maria Fatima. (2020). Satu Bulan Belajar Online 728 Siswa
Mengeluh Penumpukan Tugas. Diambil
dari https://www.beritasatu.com/nasional/625917-satu-bulan-belajar-online-728-siswa-mengeluh-penumpukan-tugas
Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud. (2017). Panduan
Implementasi Kecakapan Abad 21
Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Kemdikbud. (2014).
Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
_________. (2020). Modul 05 Penerapan
Pembelajaran Abad 21 Memanfaatkan Rumah
Belajar. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Made Wena. (2009). Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional.
Jakarta: Bumi Aksara.
Maharani, Tsarina. (2020). Kemendikbud: Mayoritas Anak Sulit Pahami Pelajaran Selama
Belajar dari Rumah. Diambil
dari https://nasional.kompas.com/read/2020/07/09/14440071/kemendikbud-mayoritas-anak-sulit-pahami-pelajaran-selama-belajar-dari-rumah
Majid, Abdul. (2015). Model Pembelajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. (2015). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rita
Eka Izzaty. (2008). Perkembangan Siswa.
Yogyakarta: UNY Press.
Rohim,
dkk. (2016). Belajar
dan
Pembelajaran di
Abad 21. Tugas Mata Kuliah Kajian Media Pembelajaran.
Sutirman. (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar