Di dalam kehidupan pasti kita pernah dihadapkan pada
kondisi pengambilan keputusan. Salah satu contohnya yaitu ketika saya memilih
universitas. Dalam mengambil keputusan tidak semata-mata hanya memilih, namun
perlu dipertimbangkan dengan baik. Seperti yang telah diuraikan pada elegi di
atas, dalam mengambil keputusan hendaknya menggunakan pikiran yang jernih dan
mengkombinasikan pengetahuan a priori dan a posteriori. Hal tersebut sejalan
dengan pernyataan “Sebenar-benar yang terjadi adalah jika
engkau hanya mempunyai pengetahun a priori tentang diriku, maka pengetahuanmu
tentang diriku barulah mencapai lima
puluh persen. Demikian juga, sebenar-benar yang terjadi adalah jika engkau
hanya mempunyai pengetahun a posteriori tentang diriku, maka pengetahuanmu
tentang diriku barulah mencapai lima
puluh persen. Maka agar engkau mempunyai pengetahuan tentang diriku
sebanyak seratus persen, maka itulah sebenar-benar yang terjadi bahwa
pengetahuan a priori yang datangnya dari atas (superserve), bertemu dengan
pengetahuan a posteriori yang datangnya dari bawah (subserve).” Namun perlu
diingat bahwa dalam sebuah perjalanan pasti ada hambatan. Seperti halnya dalam
menggapai keputusan tak lekang dari prasangka buruk yang menghambat diri kita
untuk melangkah ke depan. Oleh karena itu, menggapai keputusan tidaklah mudah,
yaitu dengan menggunakan kedua pengetahuan (a priori dan a posteriori) dan
hadapi segala hambatan prasangka buruk tersebut.
-
Home / / (Refleksi) Elegi Seorang Hamba Menggapai Keputusan
(Refleksi) Elegi Seorang Hamba Menggapai Keputusan
Mei 19, 2013 0
http://powermathematics.blogspot.com/2010/09/elegi-seorang-hamba-menggapai-keputusan.html
(Refleksi) Elegi Seorang Hamba Menggapai KeputusanDini Annisa Nurbaety Elsola Mei 19, 2013
You might also like
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar