Hafalan...NO...,
Paham...YES...!!
Pada tanggal 28 Maret 2013 Bapak
Marsigit kembali menyajikan sebuah video inspiratif mengenai pembelajaran
inovatif. Pada intinya, pembelajaran inovatif merupakan sebuah metode yang
menekankan pada pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran inovatif ini
juga dapat membantu dalam upaya merealisasikan perubahan kurikulum 2013 yang
akan segera dilaksanakan. Sebab dalam kurikulum 2013 ini adanya tuntutan bahwa
guru harus lebih kreatif dan memberikan kesempatan yang besar kepada siswa
untuk bereksplorasi.
Problematika pendidikan di Indonesia
saat ini, yaitu terletak pada orang dewasa di mana paradigmanya masih keliru. Langkah
awal yang perlu segera direnovasi, yaitu dari segi pelaksanaan pembelajaran. Jika
kita lihat realita tradisi pembelajaran di Indonesia sekarang ini masih banyak
kita temukan penerapan pembelajaran yang bersifat tradisional. Guru yang selama ini biasa "mencekoki" siswa
dengan penjelasan-penjelasan gaya satu arah. Oleh karena itu, guru harus bisa
memposisikan diri sebagai pembimbing siswa bukan sang otoriter kelas. Seperti video yang lalu, video ini
menjelaskan proses pembelajaran dari awal hingga akhir, yaitu pembelajaran di
negara Jepang mengenai pencarian luas bangun datar. Seperti yang telah kita
ketahui, di Jepang menggunakan dua guru sebagai fasilitator siswa. Guru yang
satu bertugas untuk memberikan pengarahan dan guru yang lain bertugas mengawasi
jalannya pembelajaran.
Siswa Sekolah Dasar (SD) di Jepang ini
telah dilatih untuk selalu melakukan investigasi, menemukan sendiri mengeni
konsep-konsep suatu materi pelajaran. Namun, tak lupa hal ini masih dalam
kontrol guru sebagai peneliti yang berperan untuk mengarahkan dan membimbing
supaya dapat mencapai puncak gunung pembelajaran.
Salah satu upaya yang telah digunakan
oleh Jepang, yaitu menggunakan metode diskusi. Guru telah mempersiapkan Lembar
Kerja Siswa (LKS). LKS di sini berfungsi sebagai alat untuk
membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan dan sebagai alat
untuk melihat daya serap siswa terhadap pelajaran. Melalui LKS inilah guru
telah menerapkan hakikat belajar maematika. Hasil pemahaman siswa terhadap
materi pun berbeda-beda. Dalam materi pencarian luas bangun datar ini, siswa
dihadapkan pada satu bangun datar yang sama. Ternyata di sini siswa dapat
menemukan berbagai variasi hasil diskusi kelompok, ada yang menemukan persegi,
persegi panjang, trapesium, dan lain-lain.
Selain penggunaan LKS, guru juga
menggunakan lembar portofolio. Guru menggunakan lembar portofolio ini sebagai
alat untuk mencatat bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Dari sini, guru
dapat memahami penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Karena dalam
kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam
waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan
juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat.
Faktor intelegensi dan motivasi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Setelah diskusi kelompok, siswa juga
dilatih untuk mengungkapkan kembali bagaimana proses penemuan perumusan konsep
yang telah diperoleh masing-masing kelompok. Pemahaman siswa akan mulai
terlihat jelas. Pada akhirnya, guru bersama siswa menyimpulkan berbagai hasil
diskusi menjadi suatu kesimpulan umum.
Dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
guru dalam tugasnya berperan penting terhadap hasil pembelajaran. Dalam proses
belajar mengajar guru hendaknya memposisikan siswa sebagai komponen input dalam
sistem pendidikan yang selanjutnya akan diproses menjadi manusia yang
berkualitas. Di sini siswa merupakan tolok ukur keberhasilan proses belajar
mengajar yang dapat terlihat dari adanya komunikasi dua arah. Semoga metode
pembelajaran inovatif dapat dibudidayakan di Indonesia dan sedikit demi sedikit
dapat melunturkan budaya “hafalan” serta melestarikan budaya “paham” dalam
pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar