Elegi di atas menceritakan tentang pencarian harmoni
oleh seorang anak gunung yang turun ke kota. Dari usaha pencarian tersebut
diperoleh titik terang mengenai harmoni. Harmoni dapat digapai ketika pikiran
terbebas dari segalam macam residu yang mengkotori pikiranmu itu atau dengan
kata lain kita harus benar-benar fokus, ikhlas, dan bersih. Untuk menggapai
harmoni tersebut, kita tidak bisa hanya duduk manis berpangku tangan. Namun,
perlu adanya ikhtiar yang sungguh-sungguh. Seperti pernyataan di atas “Maka
barang siapa tinggi putaran pada porosnya maka semakin stabil pulalah hidupnya.
Dan barang siapa kuat gerakan pada lintasannya maka semakin mendapat banyak
pula perolehannya di dunia.” Pernyataan tersebut menjelaskan tentang hukum
timbal balik antara usaha dengan apa yang ia peroleh.
Selain
itu, elegi di atas juga menjelaskan mengenai disharmoni. Disharmoni merupaan
kebalikan dari disharmoni. Keadaan disharmoni ini kerap ditemukan ketika kita
dalam keadaan sakit, seperti rasa pesimis, malas, malu, takut dan hal-hal lain
yang menghambat kemajuan dirinya. Oleh karena itu, marilah kita gapai harmoni
dengan melakukan segala sesuatu menjadi suatu ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar