• Elegi Permintaan Si Murid Cerdas Kepada Guru Matematika

    http://powermathematics.blogspot.com/2010/08/elegi-permintaan-si-murid-cerdas-kepada.html#comment-form


    Elegi tersebut mengingatkan kita akan tanggung jawab dan profesionalisme guru. Ternyata, guru memiliki tanggung jawab yang cukup besar, tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan (mengajar), melainkan sebagai pendidik, pelatih, inovator, fasilitator, mediator, maupun elevator. Sebagai pendidik profesional, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan. Suatu keberhasilan pendidikan tidak hanya ditinjau dari banyaknya materi yang diajarkan, kecepatan dalam mengajar, hafal rumus-rumus pelajaran, memberi bekal soal yang banyak, nilai yang tinggi, melainkan lebih berorientasi pada proses pendidikan tersebut yang lebih mengutamakan pada keaktifan dan keterampilan peserta didik.
                Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran. Untuk memenuhi hal tersebut, guru dituntut mampu memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga siswa merupakan subjek utama dalam belajar yang merencanakan, aktif, dan termotivasi belajar dari dirinya sendiri. Selain itu, guru mampu tanggap terhadap perubahan-perubahan baik ilmu pengetahuan maupun teknologi yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
                Akan tetapi, pada umumnya di sekolah-sekolah seringkali guru yang lebih aktif dan siswa hanya cenderung menerima serta patuh, sehingga adanya pandangan siswa hanyalah robot pendidikan. Maksudnya, tingkat ketergantungan siswa kepada guru sangatlah tinggi. Hal ini sungguh ironis dan menjadi tantangan yang besar bagi kita. Muncul suatu pertanyaan, siapakah yang salah dalam hal ini? Kita tidak bisa menyalahkan salah satu faktor saja, misalnya guru, media, metode, kurikulum atau siswa. Karena pembelajaran merupakan suatu proses hubungan timbal balik atau interaksi antara guru dan siswa serta kerja sama unsur pendukung lainnya. Sehingga dalam proses belajar mengajar diibaratkan menjadi satu kesatuan anggota tubuh yang tak terpisahkan.
                Oleh karena itu, kita sebagai calon guru, hendaknya sebagai penggerak revolusi paradigma pembelajaran menuju pembelajaran inovatif.
    Bagaimana langkah kita untuk mengikis metode pembelajaran yang tradisional ke arah pembelajaran yang inovatif?

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar