Kurikulum
yang berlaku saat ini di Indonesia hanya ditentukan atau disusun oleh
pemerintah atau para pakarnya dimana mereka belum tentu mengetahui kemampuan
siswa pada umumnya. Sehingga, dengan adanya sistem sentralisasi tersebut, pada
umumnya guru hanya mengejar target atau berfokus pada penyelesaian materi yang
telah ditentukan oleh kurikulum yang berlaku.
Yang
membuat saya tertarik dari hasil observasi di atas yaitu siswa di Inggris dapat
menentukan kurikulum. Sempat terbesit dalam benak saya, bagaimana hal tersebut
dapat terjadi? Karena sampai saat ini jika dibandingkan dengan praktik
pendidikan di Indonesia masih menerapkan pembelajaran tradisional dimana
keaktifan siswa minim dalam proses pembelajaran.
Sesuai
uraian di atas, kurikulum yang diberlakukan di Inggris bersifat desentralisasi
dimana kurikulum itu adalah urusan sekolah masing-masing. Maksud dari
pernyataan bahwa siswa dapat menentukan kurikulum adalah setiap akhir pelajaran matematika, guru
selalu mewawancarai para siswa untuk mengetahui jenis kegiatan apa saja yang
mereka inginkan dari pelajaran matematika minggu depan yang akan dipelajari.
Dalam
hal ini guru melibatkan siswa mengenai proses pembelajaran yang disesuaikan
dengan kondisi masing-masing siswa. Dari keanekaragaman kondisi siswa tersebut,
guru pun menyiapkan beragam LKS untuk melayani kebutuhan siswa yang berbeda
tersebut dan membuat portofolio untuk mengetahui jalannya pembelajaran.
Sehingga, dengan keduanya diharapkan guru mampu memahami kemampuan
masing-masing siswa dan dapat mengoreksi jalannya pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar