• (Refleksi) Elegi Merasionalkan Takdir

    http://powermathematics.blogspot.com/2010/09/elegi-merasionalkan-takdir.html



    Di dalam kehidupan kita mengenal adanya takdir, yaitu ketentuan Allah yang dirahasiakan dan tidak dapat ditolak oleh manusia.
    “Tidaklah terjadi suatu peristiwa di muka bumi ini dan pada diri kamu sekalian, melainkan sudah ada dalam catatan sebelum Kami membeberkannya. Sesungguhnya hal itu bagi Tuhan perkara mudah.” (QS. Al-Hadid:22).
    Semua manusia dikuasai oleh takdirnya, maka tidak ada seorangpun yang dapat lari dari takdir, untuk itu jalan terbaik dan paling selamat adalah menerima takdir tersebut dengan lapang hati dan penuh keikhlasan. Akan tetapi, dalam menyikapi adanya takdir, kita tidak diperbolehkan hanya pasrah dan berpangku tangan saja pada keadaan tanpa ada usaha, atau dalam kata lain ‘kalah sebelum berperang’. Seperti pada analogi di atas “Jika aku beserta anak turunku sampai tak berhingga banyaknya selama bermilyar-milyar tahun membiasakan diri memakan daging saja, maka suatu ketika anak turunku mungkin menjadi makhluk kanibal. Maka makhluk kanibal mungkin bisa menjadi masa depanku.” Kita memang diwajibkan untuk memepercayai adanya takdir, akan tetapi harus diiringi dengan usaha (ikhtiar) yang sungguh-sungguh. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Ra’du: 11 “Sungguh Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sanggup mengubah apa yang ada pada dirinya.” Jadi, dalam melakukan segala sesuatu jangan takut terlebih dahulu, namun kita harus yakin akan usaha yang kita lakukan pasti akan diberi kemudahan dalam mencapai suatu tujuan dan keputusan Allah swt merupakan keputusan yang terbaik untuk kita.
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar