Elegi di
atas menceritakan tentang suasana ramai dan sepi. Keduanya merupakan hal yang
saling berlawanan. Pada dasarnya, elegi tersebut menjelaskan mengenai keadaan
sepi dan ramai yang sesungguhnya. Pernyataan yang menarik dari elegi di atas,
yaitu “Maka
ketika suara itu diucapkan dengan segenap daya, upaya, jiwa dan raga, terdengar
suara yang ramai membahana luar biasa. Suara itu terdengar tidak hanya di
seluruh sel-sel tubuh tetapi suara itu jugaterdengar di seluruh lingkungan
sampai batas pikiran. Maka terasa ditemukan dunia dan di luar dunia penuh
dengan suara itu. Di dalam kesepian telah ditemukan ramai luar biasa.” Pada intinya,
kita hendaknya melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh, segenap jiwa,
upaya, dan disertai doa yang khusuk. Dalam memanjatkan doa tersebut, hendaknya
dengan sepenuh hati dan biasanya dilakukan pada saat sepi. Di saat sepi itulah,
kita dapat mencurahkan isi hati kita dengan memohon ampunan, pertolongan,
perlindungan dan lain sebagainya kepada Allah swt. Sebab, doa merupakan salah
satu wahana berkomunikasi dengan Allah swt. Allah swt telah berfirman dalam QS.
Al A’raf: 205 “Dan sebutlah (nama)
Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksaan-Nya),
tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.”
You might also like
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar